Karena mereka bilang, banyak keburukan yang kau beri.
Meski berat, namun tekad itu tetap kubulatkan.
Perlahan kaupun kutinggalkan.
Tak pernah lagi kita bertatap muka.
Apalagi berkasih mesra.
Hingga suatu ketika...
Terjadilah perjumpaan tak sengaja.
Kulihat lagi dirimu dengan wajah yang baru,
dan pojok mini market itu seolah menjadi saksi bisu.
Terpaku...Ingatanku kembali ke masa lalu...
Saat kita masih sering menghabiskan waktu luang bersama.
Saat tertawa...
Maupun saat gundah melanda...
Parasmu...
Rasamu...
Semua masih sama.
Menggairahkan...
Meruntuhkan segala pertahanan...
Hingga membuatku kepanasan...
Tanpa rayu.
Tanpa kata berbunga.
Diammu tetap memesona.
Menggoda untuk lebih dari sekedar sapa.
Akupun kembali...
Sekali, dua kali, dan mulai berkali-kali.
Membawaku pada level tertinggi.
Tapi...
Lambat laun akupun menyadari.
Kita memang tak seharusnya begini.
Segera kukuatkan hati dan bersiap untuk pergi.
Sebelum diri ini makin terhanyut dan situasi menjadi kusut.
Maaf...
Lagi-lagi kau harus kutinggalkan.
Untuk beberapa malam terakhir yang telah kita lewati,
setulusnya kuucapkan terima kasih,
duhai Keripik Maicih...
I'm Sorry, Good Bye * * * * * * * * * *
Puisi Lainnya: Ingin Bumi . . . Beri Aku Waktu Buntu Ataukah Memang Tak Berujung? Hentakan Temani aku, ya! Sissy . . . Hujan Cinta (Aku malu mengungkapkannya) Muak Gadis Amarah Awal Sebuah Cerita (Sebuah Catatan Untukmu) Back (Naluri yang Tak Hilang) Benci Secret Admirer Perasaan yang Mendalam Lepas
|
No comments:
Post a Comment