Rintiknya, wanginya, debarnya . . .
Ingin kubiarkan saja ia menerpa dan membasahi wajah.
Menghanyutkan titik-titik gelisah, melengutkan senyum pada hati yang resah.
Bahkan kadang juga menampar dan menusuk,
tapi hujan . . . menjejak
hujan . . . memikat
hujan . . .
memaksaku untuk membuka halaman usang, tentangmu dan payung biru . . .
tentang abu-abu, tentang lagu . . .
Hujan kali ini,
tak akan kubagi, sama sekali!
Akan kunikmati sendiri, kugilai . . . kucumbui . . .
Kutunggui hingga . . . datangnya pelangi membawa kembali kekasih yang pergi.
Hingga . . .
aroma itu menghangatkan dekapmu yang tertinggal di kalbu.
Hingga . . .
melodi tentang hujan kembali membisingkan keheningan yang kau ciptakan.
Aku menunggu . . .
* * * * * * * * * *
Puisi lainnya: Ketika Harus Mengatakan, "Sorry, Good Bye" Beri Aku Waktu Buntu Ataukah Memang Tak Berujung? Ingin Bumi . . . Hentakan Cinta (Aku malu mengungkapkannya) Muak Gadis Amarah Awal Sebuah Cerita (Sebuah Catatan Untukmu) Back (Naluri yang Tak Hilang) Benci Secret Admirer Perasaan yang Mendalam Lepas
No comments:
Post a Comment