Bulan dan Bintang temaninya bercengkrama dalam gelap.
Mereka berbagi tawa dikala senyap.
Hingga suatu ketika,
Surya yang gagah menampakkan diri.
Memisahkan ketiganya yang masih belum puas menautkan hati.
Bumi sepi. . .
Tanpa Bulan, tiada pula Bintang.
Meski Langit kian benderang . . .
Tapi apa ini?
Rasa hangat mulai menjalari.
Sepinya sedikit terobati.
Oh...Surya, rupanya!
Hangat membawa ceria . . .
Bergurau candalah mereka.
Namun . . .
Saat ufuk mulai menjingga,
seribu pasukan datang bersama Mega berjubah.
Bumipun basah . . .
Surya?
Tak kuasa beranjak dari balik Mega dengan sinar yang nyaris menyerah.
Setelah semua pergi
Tinggallah bumi dalam sunyi
Kembali seorang diri . . .
Lalu sebuah sapa dan tawa renyah menghampiri
Memanja dan bergelayut dalam warna-warni
Pelangi . . .
Bahagia tak terkira,
Masih ada dia yang menyapa
Walau ternyata hanya sekejap mata
Apa ini?
Bertanyalah bumi
Tak adakah mereka yang abadi?
Mereka selalu datang silih berganti
Bisakah semuanya kumiliki?
Karena aku Bumi . . .
Tak ingin sendiri dalam sepi,
apalagi sunyi . . .
Ingin kudengar semua bernyanyi . . .
Tanpa MATI!
Bolehkah?
Bumi menjadi serakah!?
Akh . . .
Sudahlah . . .
* * * * * * * * * *
Puisi Lainnya: Ketika Harus Mengatakan, "Sorry, Good Bye" Beri Aku Waktu Buntu Ataukah Memang Tak Berujung? Hentakan Temani aku, ya! Sissy . . . Hujan Cinta (Aku malu mengungkapkannya) Muak Gadis Amarah Awal Sebuah Cerita (Sebuah Catatan Untukmu) Back (Naluri yang Tak Hilang) Benci Secret Admirer Perasaan yang Mendalam Lepas
No comments:
Post a Comment