May 11, 2015

Si Penyuka Jingga

Perdebatan tentang kopi dan teh masih mengingatkanku padanya, Si Penyuka Jingga, yang hadir hanya sekejap mata dalam sebuah fatamorgana
Belum lupa akan tawa dan kocaknya kemesraan maya yang tercipta
Suara beratnya bahkan masih terngiang di telinga
Akh... dia!
Lama sudah kami tak saling menyapa
Rindu, mungkin memang itu yang sedang kurasa!
Senyum dan helaan pendek seketika tergulir saat mengakuinya
Ada sesak yang tiba-tiba menyelinap, membuka lagi ruang pengap
Pertanda harus bergegas lari dengan sigap
Menutup kembali album kenangan yang mulai usang
Menghilang...

April 14, 2015

Entah Bagaimana (?)

Entah kapan mulainya kita jadi seperti ini...
Jangankan berbicara dari hati ke hati, duduk bersama pun tidak!
Kadang merindukan juga suasana dulu yang hangat dan penuh canda
Tapi sepertinya... tak mudah lagi bagi kita untuk seperti itu
Sulit rasanya untuk tak menyalahkan keadaan, pertengkaran, teriakan, dan sejuta kegilaan lainnya
Namun kalaupun memang bisa menyalahkan dan memaki, tokh tak merubah semua yang sudah terjadi
Bunga-bunga indah itu kini seperti hanya ada dalam bingkai...
Bingkai kenangan yang disebut masa lalu
Bagaimana caranya melelehkan lagi hati yang terlanjur beku?
Membuka lagi pintu kemesraan yang terlanjur terkunci?
Sedangkan api untuk menghangatkan terlampau besar hingga membakar dan kunci yang hanya satu-satunya itu terlampau dipaksakan hingga akhirnya patah...

April 12, 2015

No One Know!

Muak aku dengan tawa dan teriak
Menggila bersama ribuan tanya dan sesak
Seperti benang kusut yang tak terurai
Tak menemukan celah untuk menjuntai

Kini dia semakin tak terkendali
Menyalahkan kata yang tak bisa memaki
Kenapa tak seperti mereka yang bisa lugas?
Tak semata berkoar tanpa makna yang jelas

Berucaplah pada angin!
Begitu harapnya
Namun lagi-lagi hanya kelu dan terbahasa dalam kalbu
Tak dimengerti, tak dipahami...