Ini cerita.
Cerita tentang awal mula kenapa gue bisa suka K-Pop.
Jadi, pada zaman dahulu kala awalnya gue bisa dibilang sebagai orang yang memandang sebelah mata sama yang namanya K-Pop, terutama boy/girlband-nya, dengan alasan bahwa mereka hanya sekumpulan penyanyi yang bermodalkan tampang tanpa kualitas vokal. Ditambah lagi, itu yang pria kok wajahnya cantik-cantik!? Makin nutup mata dan telinga deh gue, apalagi gue denger kebanyakan dari mereka juga sampai rela permak sana-sini demi penampilan fisik yang sempurna. Intinya, gue terlanjur mengambil kesimpulan dari hal yang bahkan gak gue lirik (apalagi cari tahu) sama sekali (apa gak konyol tuh?). Tapi mari kita luruskan sebentar, meskipun memandangnya dengan sebelah mata, bukan berarti gue benci sampai "segitunya" lo ya! Hanya saja, gue akan menempatkan musik K-Pop di pilihan paling akhir untuk didengar atau dilihat MVnya. Gue juga gak anti kok sama dramanya. Meskipun bukan penonton setia, pas ada waktu luang, gue cukup sering ikut nonton drama korea bareng teman-teman yang dramaholic.
Hingga suatu ketika,
Gue yang sedang minim kesibukan tiba-tiba terjebak di sebuah drama tentang perjuangan seorang pemuda yang ingin menjadi pembuat roti handal. Perjuangan berawal dari keinginan si pemuda untuk bertemu ibu kandungnya yang terpaksa harus terpisah karena saat pemuda itu masih remaja, dia terpaksa harus tinggal dengan keluarga ayah kandung yang kaya raya (para K-Popers & dramaholic pasti tahu dong drama apa yang gue maksud!?). Nah, drama itu menuntun gue pada sebuah lagu tema yang akhirnya mampu menggoyahkan stereotip tentang penyanyi korea (khususnya boy/girlband) bermodal tampang. Awalnya gue gak tahu siapa pemilik suara "bulat" (iya, menurut gue bentuk suaranya bulat) lembut nan merdu itu. Selidik punya selidik ternyata doi adalah anggota salah satu boyband terkenal yang sedang naik daun. Pertanyaan demi pertanyaan pun mulai berseliweran di kepala gue. "Kok bisa? Kok suaranya bagus? Hasil polesan dapur rekaman bukan sih? Bisa nyanyi live dengan bagus gak dia? Siapa sih namanya? Yang mana sih orangnya? Mana coba lagu lainnya? Lagu lain bagus juga gak?"
Begitulah, si penyanyi bernama Cho Kyuhyun itu berhasil menancapkan kuku di jantung dan otak gue. Gara-gara dia, gue jadi menghafal anggota Super Junior satu-persatu. Bukan cuma namanya, gue juga menghafal wajahnya (secara di mata gue wajah mereka mirip semua, yang paling mudah diingat cuma Siwon dan Shindong). Setelah kenal nama dan wajah, gue mulai menghafal suaranya sampai benar-benar bisa dikenali ini suara siapa, itu suara siapa. Rasa ingin tahu pun berlanjut ke pencarian profil dan fakta lainnya. Gue mulai mengoleksi lagu, berburu MV, dan mempelajari perjuangan mereka. Hmm...walau tetap masih menyerukan komentar miring ini dan itu, tapi gue mulai bisa melihat sisi positif lain yang mereka tunjukkan/ miliki. Mereka seolah membuka penutup mata bajak laut yang selama ini gue pakai dan membuat gue belajar untuk melihat dari sudut pandang berbeda. Mereka memang gak sempurna, tapi hujatan dan celaan justru makin membuktikan kalau mereka bukan orang sembarangan. Mereka tetap berdiri tegak, bekerja keras, bertahan, dan terkadang harus mengesampingkan keinginan pribadi hingga bisa jadi Super Junior yang sebesar sekarang. Mereka adalah orang-orang yang pantang menyerah dan gak berhenti berjuang untuk mewujudkan cita-cita. Sebuah nilai positif yang baik untuk ditiru.
Lambat laun, cara berpikir dan cara pandang gue pada Super Junior mulai diterapkan dalam keseharian. Hasilnya, gue jadi lebih objektif dalam memandang dan menilai sesuatu. Sedangkan efek sampingnya, gue pun menikmati musik tanpa mengkotak-kotakkan penyanyi berdasarkan negara asal, wajah, ataupun genre. Gue gak lagi peduli apakah si penyanyi cantik/ ganteng, putih/ hitam, operasi plastik/ alami, karena yang pertama kali didengar adalah suara dan lagunya. Ketika sebuah lagu langsung menarik perhatian sejak pendengaran pertama, berarti gue suka lagu itu.
Lambat laun, cara berpikir dan cara pandang gue pada Super Junior mulai diterapkan dalam keseharian. Hasilnya, gue jadi lebih objektif dalam memandang dan menilai sesuatu. Sedangkan efek sampingnya, gue pun menikmati musik tanpa mengkotak-kotakkan penyanyi berdasarkan negara asal, wajah, ataupun genre. Gue gak lagi peduli apakah si penyanyi cantik/ ganteng, putih/ hitam, operasi plastik/ alami, karena yang pertama kali didengar adalah suara dan lagunya. Ketika sebuah lagu langsung menarik perhatian sejak pendengaran pertama, berarti gue suka lagu itu.
Di tengah perjalanan mempelajari Super Junior, gue juga mulai kenalan dengan idolgroup dan penyanyi Korea lain seperti SHINee, Teen Top, Bigbang, 2PM, 2AM, Lunafly, BAP, Beast, Infinite, B1A4, 2NE1, LeeSsang, Kim Jong Kook, K.Will, Jung In, MBLAQ, Tiger JK, Yoon Mi Rae, dan masih banyak lagi. Rasa suka gue mulai tergeneralisasi ke semua hal yang berhubungan dengan Korea. Gue mulai senang mencari tahu budaya, iklim, bahasa, kebiasaan, dll. Jaman sekarang, segala informasi bisa didapat dengan sekali klik, mengenal atau mempelajari sesuatu bukanlah hal sulit. Gue pun bisa mendapatkan info yang diinginkan dengan mudah (gimana gak tambah semangat coba?!). Selanjutnya, karena termasuk jenis orang yang agak mudah "terhanyut", selalu gue ingat-ingat bahwa gue boleh suka sama musisi/ aktor/ atlet/ apapun dan siapapun, tapi gak boleh lupa mengajak akal sehat supaya masih berada dalam koridor dan kadar yang wajar. Jika suka pada salah seorang musisi, cukup nikmati musiknya, ambil hal positif dari mereka, dan jadikan hal negatif sebagai pelajaran. Gue gak mau terjebak fanatisme berlebihan ala fans-fans jaman sekarang yang, menurut gue, cenderung kelewat batas. Intinya sih, yang nyantai aja lah.
Selain SuJu, atau lebih tepatnya Kyuhyun, hal lain yang membuat gue makin senang mempelajari Korea adalah Running Man. Sebuah Variety Show yang sangat banyak membuka wawasan gue tentang per-Korea-an. Gue jadi kenal lebih banyak musisi, aktor, budaya, dan hal lainnya. Konsep acara yang ringan tapi fun selalu dilengkapi dengan "penyelundupan" informasi tentang Korea dan seluk-beluknya, mulai dari sejarah hingga layanan masyarakat. Bahkan fitur-fitur baru yang ingin dikenalkan ke masyarakat juga sering dibahas secara terselubung. Kenapa gue menggunakan istilah "penyelundupan" dan "terselubung"? Alasannya karena gue sebagai penonton gak merasa sedang diberi informasi atau digurui, tapi tahu-tahu informasi itu sudah ada di kepala (coba semua guru di sekolah bisa seperti itu, pasti gak ada lagi murid yang merasa lebih senang sekolah dibubarkan karena gurunya rapat daripada belajar full sampai akhir, hehe). Jadi, karena acaranya yang informatif tapi menyenangkan itulah gue langsung jatuh cinta sama Running Man. Mengenai Running Man, kapan-kapan akan gue bahas lebih mendalam di entri khusus. Be ready aja ya, 'readers'...! Don't Walk, Run! :)
Sekian cerita gue tentang K-Pop, bagaimana cerita kalian? :)
Sekian cerita gue tentang K-Pop, bagaimana cerita kalian? :)
No comments:
Post a Comment